Tazkiyatun-Nufus
Halaqoh #004
🔗 Bab 1: Ikhlas dan Mutaba'ah #3
Ikhlas Bagian 3
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
Halaqoh #004
🔗 Bab 1: Ikhlas dan Mutaba'ah #3
Ikhlas Bagian 3
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
بِسْمِ
الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السلام عليكم ورحمة اللّه ﺗﻌﺎﻟﯽٰ وبركاته
السلام عليكم ورحمة اللّه ﺗﻌﺎﻟﯽٰ وبركاته
اَلْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا
طيّبًا مباركًا فيه كَمَا يحبّوا ربّنا ويرضى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. لا نبيّ ولا رسول بعده. أَمَّا بَعْدُ؛
Ikhwanī wa akhawatī fillah rohimani
wa rohimakumullahu jamī'an, saudara dan saudari ku sekalian dimanapun anda
berada yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kembali pada halaqah yang
keempat ini in syā Allāh, kita melanjutkan masih pada bab
ikhlas. Masih pada penjelasan lanjutan dari halaqah yang ketiga.
Berkata
Mu'allif (penulis) Syaikh DR Ahmad Farid hafizhahullāhu Ta'ala,
setiap harapan dari harapan-harapan dunia, setiap bagian dari bagian dunia yang
jiwa menjadi tenang dengannya, yang hati cenderung kepadanya, sedikit atau
banyaknya, apabila telah mencampuri amalan, maka akan mengotori kejernihan
amalan tadi, sehingga hilanglah ikhlasnya.
Dan kita tahu bahwa seseorang itu terikat, terbelenggu dengan harapan-harapannya, tenggelam dengan syahwat-syahwatnya. Sedikit sekali dari perbuatannya ataupun ibadahnya yang bisa lepas dari harapan-harapan dunia dan tujuan-tujuan dunia yang sebentar.
Dan kita tahu bahwa seseorang itu terikat, terbelenggu dengan harapan-harapannya, tenggelam dengan syahwat-syahwatnya. Sedikit sekali dari perbuatannya ataupun ibadahnya yang bisa lepas dari harapan-harapan dunia dan tujuan-tujuan dunia yang sebentar.
Oleh
karena itu ada yang mengatakan, barang siapa yang selamat sejenak saja, ikhlas
mengharap wajah Allāh di dalam umurnya, maka dia telah sukses. Hal ini tentu
karena saking agungnya ikhlas, sehingga banyak sekali orang yang tidak selamat
dalam hal ini.
Syaikh
mengatakan, hal ini karena beratnya ikhlas, ikhlas bukan perkara yang mudah,
semua kita butuh ikhlas, semua kita masih harus senantiasa berusaha untuk
ikhlas. Seorang 'alim, seorang penuntut ilmu, seorang penulis, seorang pemateri
kajian, seorang yang beribadah, apapun dia, dia harus senantiasa untuk berusaha
ikhlas di dalam ibadahnya tersebut agar tidak terkotori dengan suatu amalan
apapun, harapan-harapan dunia apapun, karena kalau sudah ada nasībun/hadzdzun
(bagian-bagian dari dunia ini yang mengotorinya) yang akan merusak keikhlasan,
yang akan mengotori keikhlasannya.
Hal ini karena susahnya ikhlas, beratnya ikhlas dan susahnya mensucikan hati dari segala yang mengotorinya.
Hal ini karena susahnya ikhlas, beratnya ikhlas dan susahnya mensucikan hati dari segala yang mengotorinya.
Karena
kita tahu bahwa, ikhlas itu adalah mensucikan hati dari segala kotoran-kotoran
yang mengotori semuanya, sedikitnya atau banyaknya. Sampai betul-betul murni
dalam memaksudkan taqorrubnya kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, tidak ada
pendorong, tidak ada motivasi, kecuali semata-mata karena ikhlas, mengharap
wajah Allah. Dan hal ini tidak bisa digambarkan, kecuali hanya dari orang yang
cinta kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, yang sudah tenggelam cita-citanya,
orientasinya mengharapkan kebahagian akhirat dan akhirat, atau dengan istilah
kita akhirat oriented. Jadi akhirat menjadi orientasi terbesar dan obsesinya
untuk sukses, karena kita tahu Allāh Subhānahu wa Ta'āla telah menyatakannya
bahwa: “akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”.
Jadi
orang yang ikhlas betul-betul karena kecintaannya kepada Allāh, karena dia
telah tenggelam dalam cita-citanya untuk menggapai kebahagian akhirat, sehingga
tidak ada yang diinginkannya, melainkan betul-betul keridhaan Allāh Subhānahu
wa Ta'āla, kecintaan Allāh kepadanya, sehingga dunia seolah-olah telah
dibuangnya jauh-jauh, tidak ada tempat dihatinya dunia. Orang bilang dunia di
genggamannya, tapi akhirat di hatinya.
Dimana
tidak ada tersisa tempat di hatinya untuk cinta terhadap dunia. Permisalan
orang seperti ini sekalipun dia dalam hal makan, minum ataupun membuang hajatnya,
maka diupayakan untuk ikhlas amal dan meluruskan niatnya, menshahihkan niatnya.
Kalau
belum bisa demikian keadaannya, untuk berupaya senantiasa ikhlas dalam segala
gerak langkah kehidupannya, ucapan dan yang diperbuatnya, maka pintu keikhlasan
telah tertutup atasnya, kecuali sangat jarang yang bisa memasukinya, kecuali
orang-orang yang Allah berikan rahmatNya.
Ikhwanī
wa akhawatī fillah rohimani wa rohimakumullahu.
Kemudian
Mu’allif juga mengatakan, dan sebagaimana orang yang telah lebih dominan dalam
hatinya kecintaan pada Allāh, kecintaan terhadap negeri akhirat, itu akan gerak
kehidupannya yang sehari-hari, rutinitasnya menjadi cerminan cita-citanya,
sehingga jadilah ikhlas dalam seluruh gerakan-gerakan yang rutinitas sekalipun.
Maka
sebaliknya yang lebih dominan atas dirinya cinta terhadap dunia, cinta terhadap
ilmu-ilmu dunia, kedudukan ataupun pangkat secara umum, adalah kepada selain
Allāh, maka demikian pula akan menjadikan seluruh gerak kehidupannya
sehari-hari untuk meraih sifat-sifat tersebut, akan tercermin pada sifat-sifat
tersebut. Sehingga tidak selamat satu ibadah pun, baik berupa puasa, sholat
atau selain itu semua, kecuali sangat jarang. Maksudnya tidak selamat dari
keikhlasan, terbelenggu pada kekangan riya’, kekangan sum’ah, kekangan jabatan,
kedudukan, dan seterusnya.
Lalu
apa solusinya, apa obatnya, apa resepnya agar kita bisa hilang dari belenggu
ini ?
Penulis
hafidzohullāhuta’ala menuliskan disini, “obat atau resep mujarab agar bisa
ikhlas adalah memupus segala harapan-harapan dunia, memupus segala
kesenangan-kesenngan syahwat, mengekang ketamakan terhadap dunia, dan
mengusahakan agar hati selalu terfokus terhadap akhirat. Hal ini nampak dimana
dia bisa menjadi dominan dalam hatinya, yaitu memurnikan dan mengusahakan
segala aktifitasnya mengharap kebahagiaan akhirat. Karena dengan hal itulah
akan mudah ikhlas. Berapa banyak amalan yang seorang capek dan dirinya
menganggap ikhlas mengharap wajah Allah, maka malah sebaliknya dia menjadi
orang-orang yang tertipu, karena tidak menyadari sisi yang merusaknya, sisi
yang menghancurkan ikhlasnya. Berapa banyak dari manusia yang berpeluh keringat
dan bersemangat di dalam beribadah, tetapi karena tidak ada ikhlas di dalam
dadanya, tidak ada ikhlas yang membarengi amal ibadah tadi, sehingga ibadahnya
tidak diterima di sisi Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Dicontohkan
oleh Syaikh di sini, tentang gambaran orang yang menganggap dirinya telah
sanggup ikhlas, telah mampu ikhlas, padahal ternyata dia tertipu dengan
amalannya.
Sebagaimana
diriwayatkan dari sebagian salaf, bahwasanya salah seorang diantara mereka
sholat dan senantiasa di shaf yang pertama, shaf awal, namun terlambat pada
suatu hari dari sholat, sehingga dia harus sholat di shaf yang kedua, lalu
diliputi rasa malu terhadap manusia, karena manusia melihatnya di shaf yang
kedua, maka dia sekarang mengetahui bahwa kebahagiannya selama ini di dalam dia
sholat di shaf yang pertama adalah karena sebabnya pandangan manusia kepadanya.
Artinya
bahwa dia masih beribadah selama ini, sholatnya selama ini dikerjakan adalah
mencari pandangan manusia, bukan murni mencari pandangan Allāh Subhānahu wa
Ta'āla. Dalam arti, harusnya jika memang dia mencari pandangan Allāh Subhānahu
wa Ta'āla, karena memang sebab udzurnya syar’i sehingga menyebabkan
terlambatnya sholat, harusnya tidak menjadikan dia kemudian malu untuk
mengerjakan amal sholeh, karena tidak ada malu di dalam amal sholeh.
Kalau
kita ingin melakukan kebaikan, maka kita harus segera melakukannya,
berlomba-lomba untuk menggapainya, bukan malu, sehingga tidak ada malu bagi
seseorang untuk bertanya tentang ilmu, tidak boleh seorang malu untuk mengakui
kebodohannya, tidak boleh seorang malu untuk menghilangkan kebodohannya dengan
belajar, menghadiri majelis ilmu dan seterusnya. Dan ini adalah perkara yang kecil
lagi rumit. Artinya banyak orang yang menganggap remeh, mengabaikan, karena
saking kecilnya perkara ini. Ghomidh karena rumit, samar, hampir-hampir
orang-orang tidak menyadarinya, bahwa perkara ini ada pada dirinya, mungkin
terkadang orang rajin karena bertamu di rumah orang, sholat di shaf pertama,
rajin beribadah, sholat malam, terkadang orang rajin beribadah karena banyak
orang yang melihatnya, terkadang seseorang rajin melakukan ibadah karena ada
mertuanya dan seterusnya.
Sedikit
sekali dari amal-amal sholeh yang selamat dari keikhlasan dan amal-amal yang
semisalnya. Dan sedikit sekali orang yang perhatian menyadari akan hal ini,
kecuali orang yang telah Allāh beri taufik kepadanya. Dan orang-orang yang
lalai itu akan melihat kebaikan-kebaikan mereka di dunia pada hari kiamat
sebagai keburukan, sebagai amal kejelekan. Dan mereka lah yang dimaksud dalam
firman Allah:
QS
Az-Zumar 47-48:
بِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ (47) وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (48)
Dan pada hari kiamat itu jelaslah bagi mereka dari Allah apa-apa yang belum pernah mereka perkirakan, dan jelaslah bagi mereka keburukan dari apa-apa yang telah mereka kerjakan.
بِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَبَدَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مَا لَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ (47) وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَا كَسَبُوا وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (48)
Dan pada hari kiamat itu jelaslah bagi mereka dari Allah apa-apa yang belum pernah mereka perkirakan, dan jelaslah bagi mereka keburukan dari apa-apa yang telah mereka kerjakan.
QS
Al-Kahfi 103-104:
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104)
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104)
Katakanlan, maukah kalian kami
kabarkan tentang orang-orang yang paling merugi amalan mereka, yaitu
orang-orang yang telah sia-sia usaha mereka di dunia, sedang mereka menyangka
telah mengerjakan sebaik-baiknya.
Maka,
ikhwanī fiddīn wa akhawatī fillah rohimani wa rohimakumullahu.
Betapa
beratnya ikhlas, betapa susahnya untuk mengapai ikhlas, sehingga bagi siapa
saja untuk terus belajar ikhlas, kemudian berusaha untuk mengaplikasikannya,
melatih diri untuk senantiasa ikhlas, membiasakannya bermajelis bersama mereka
orang-orang yang ikhlas, yaitu orang-orang yang beramal bukan hanya di musim
amal, tetapi orang-orang yang beramal pada setiap musimnya, bukan hanya musim
ramadhan kemudian mereka beribadah, karena mereka adalah hamba Allah sepanjang
tahun, mereka hamba Allah 24 jam, sehingga mereka berusaha menjadi orang-orang
yang senantiasa ikhlas, senantiasa mengamalkan ibadah pada setiap saatnya
karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian,
ikhwani fiddin wa akhawati fillah.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan taufik kepada kita untuk bisa ikhlas dalam ucapan dan perbuatan.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan taufik kepada kita untuk bisa ikhlas dalam ucapan dan perbuatan.
والله
تعلى و أعلم بالصواب
وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين، و الحمد الله ربّ العالمين
ثم السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
✏ Disalin oleh Tim Transkrip وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين، و الحمد الله ربّ العالمين
ثم السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
✅ Dimuraja'ah oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis Syaikh Dr. Ahmad Farid)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
➡️Madrasah Ahlussunnah Waljama'ah Li I'dad Du'at Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang
Bet365 Casino | Play at the Best Online Casinos
BalasHapusLive casino 메리트 카지노 experience — Live casino, baccarat, poker, roulette, and many more are 바카라사이트 waiting to be realized. Read 제왕카지노 this article to learn all you need to know!