Tazkiyatun-Nufus
Halaqoh #003
🔗 Bab 1: Ikhlas dan Mutaba'ah #2
Ikhlas Bagian 2
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Halaqoh #003
🔗 Bab 1: Ikhlas dan Mutaba'ah #2
Ikhlas Bagian 2
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الْحَمْدُ ِللهِ وَالصَّلاَةُ
وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بهدا إلى يوم القيامة، أَمَّا بَعْدُ
Ikhwan fiddin wa akhawat fillah
rohimani wa rohimakumullah, pada halaqah yang ketiga ini ان
شاء الله, kita akan membahas masih pada rangkaian tentang ikhlas, khususnya
adalah tentang pengertian dari ikhlas.
Mu'allif
Syaikh DR Ahmad Farid حفظه الله mengatakan "Ikhlas itu adalah memurnikan
tujuan dalam bertaqorrub kepada Allāh dari hal-hal yang mengotorinya".
Karena
terkadang ibadah itu meski niatnya sudah benar, terkadang dicampuri dengan
hal-hal yang mengotorinya, seperti riya', ingin dipuji, ingin didengar atau
sum'ah istilahnya, dan seterusnya. Sehingga hal-hal inilah yang dikatakan
sesuatu yang mengotorinya.
Arti
lainnya dari ikhlas itu adalah menjadikan Allāh sebagai satu-satunya tujuan
dalam segala bentuk keta'atan. Memurnikan maksud atau tujuan di dalam keta'atan
kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla, hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla, atau
ini tepatnya adalah ikhlas yang lawan dari syirik. Bahwa ikhlas itu adalah
memurnikan ibadah semata-mata hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Yang
lain mengatakan "Ikhlas itu adalah mengabaikan/melupakan pandangan makhluk
dengan senantiasa dan berkonsentrasi memandang kepada pandangan Allah yang maha
pencipta. Jadi disini berarti seseorang yang ikhlas itu adalah orang yang tidak
mencari pandangan manusia, tidak mencari sebutan manusia, dia dicela beramal,
dipuji beramal, jadi pujian dan celaan tidak menyurutkan dia untuk beramal
shaleh. Pujian tidak menjadikan semakin semangat untuk beramal shaleh, ataupun
celaan tidak membuat surut untuk beramal sholeh. Karena yang dia pandang dan
dia cari adalan pandangan Allāh Subhānahu wa Ta'āla, bukan pandangan makhluk.
Sebagaimana
ungkapan para ulama, bahwa ridho manusia itu tujuan yang tidak akan pernah
tercapai. Sehingga kalau kita mencari pandangan manusia, mencari keridhoan
manusia adalah suatu tujuan yang tidak akan pernah ada tepinya.
Demikian
pula karena karakter dari manusia itu selalu memuji atau mencela. Sebagaimana
ungkapan lainnya, bahwa "Ucapan manusia itu tidak ada habisnya".
Kemudian
Syaikh mengatakan lagi, bahwa "Ikhlas adalah syarat diterimanya amal
sholeh. Dan amal sholeh itu amal yang berkesesuaian dengan
sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, itu baru
dikatakan amal sholeh.
Allāh
Subhānahu wa Ta'āla telah memerintahkan kita semua untuk senantiasa ikhlas, QS
Al-Bayyinah 5:
وَمَا
أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali
supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus.
Demikian
pula Nabi telah menerangkan tentang bagaimana sebenarnya jika suatu pekerjaan
atau suatu perbuatan, bahkan perbuatan yang mulia dan tinggi pahalanya disisi
Allāh Subhānahu wa Ta'āla seperti jihad, jika niatnya adalah semata-mata mencari
sebutan, entah gelar pahlawan ataupun yang lainnya, atau hanya sekedar upah
atau bayaran.
عَنْ
أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ أَرَأَيْتَ رَجُلًا غَزَا يَلْتَمِسُ الْأَجْرَ
وَالذِّكْرَ مَالَهُ فَقَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا
شَيْءَ لَهُ فَأَعَادَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يَقُولُ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا شَيْءَ لَهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الله لَا يَقْبَلُ
مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Dari Abu Umamah Al Bahili, ia
berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam seraya berkata, "Bagaimana pendapat baginda tentang
seseorang yang berperang mengharapkan balasan dan pujian, apa yang ia
dapatkan?" Maka Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, 'Ia
tidak akan mendapatkan apapun?" Kemudian orang itu mengulang pertanyaannya
—sampai— tiga kali, dan Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam menjawabnya
dengan bersabda, "Ia tidak akan mendapatkan apapun" Lalu beliau
bersabda, "Sesungguhnya Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak akan
menerima amalan kecuali yang ikhlas hanya mengharap wajah-Nya"
Hadits
ini diriwayatkan oleh Imam Nasa'i, dihasankan oleh 'Iraqi dan dihasankan oleh
Imam Albany rahimahullah dalam Shahihah.
Dalam
riwayat yang lain:
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu berkata, bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada saat haji wada, bersabda:
Dari Abu Sa'id Al-Khudri radhiyallāhu Ta'ālā 'anhu berkata, bahwa Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam pada saat haji wada, bersabda:
نضر
الله امْرأ سمع مَقَالَتي فوعاها فَرب حَامِل فقه لَيْسَ بفقيه ثَلَاث لَا يغل
عَلَيْهِنَّ قلب امرىء مُؤمن إخلاص الْعَمَل لله والمناصحة لائمة الْمُسلمين
وَلُزُوم جَمَاعَتهمْ فَإِن دعاءهم مُحِيط من ورائهم
"Semoga Allah membuat wajah berseri-seri atau
mencerahkannya bagi seseorang yang mendengar ucapanku, lalu dia memahaminya.
Berapa banyak pembawa fikih yang tidak fakih (tidak mengerti fikih). Tiga
perkara yang (karenanya) hati seorang Mukmin tidak akan ditimpa dengki:
Mengikhlaskan amal karena Allah, memberi nasihat kepada para pemimpin kaum Muslimin
dan berpegang kepada jamaah mereka, karena doa mereka mengelilingi mereka dari
belakang mereka."
Ada
tiga hal yang hati seorang mukmin tidak dengki, yaitu:
Mengikhlaskan amal hanya karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla
Saling memberikan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin.
Berpegang teguh bersama jama'ah kaum muslimin.
Mengikhlaskan amal hanya karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla
Saling memberikan nasehat kepada para pemimpin kaum muslimin.
Berpegang teguh bersama jama'ah kaum muslimin.
Hadits
hasan shohih ini diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dan diriwayatkan oleh ibnu
Qudamah, Imam Darimi, Imam Bukhori, Imam Ahmad dan dishohihkan oleh Al-Albany.
Apa
makna dari hadits ini ?
Bahwa, dengan tiga perkara ini hati akan menjadi baik, maka barang siapa yang berakhlak dengan tiga perkara tadi, apa itu ? Ikhlas dalam beramal hanya karena Allāh, menasehati pemimpin kaum muslimin karena seseorang tidak menasehati pemimpinnya kecuali karena kebaikan, makanya karena menasehati pemimpin kaum muslimin itu adalah sebagai bentuk keikhlasan sebagai bentuk tidak ada perkara hasad didalamnya, maka jika menasehati pemimpin bukan di mimbar-mimbar ataupun di tempat umum, melainkan secara langsung one by one, ketemu face to face. Ini adalah afdholul jihaad.
Bahwa, dengan tiga perkara ini hati akan menjadi baik, maka barang siapa yang berakhlak dengan tiga perkara tadi, apa itu ? Ikhlas dalam beramal hanya karena Allāh, menasehati pemimpin kaum muslimin karena seseorang tidak menasehati pemimpinnya kecuali karena kebaikan, makanya karena menasehati pemimpin kaum muslimin itu adalah sebagai bentuk keikhlasan sebagai bentuk tidak ada perkara hasad didalamnya, maka jika menasehati pemimpin bukan di mimbar-mimbar ataupun di tempat umum, melainkan secara langsung one by one, ketemu face to face. Ini adalah afdholul jihaad.
Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda:
Seutama-utama jihad adalah kalimat yang benar yang disampaikan kepada pemimpin yang dholim.
Seutama-utama jihad adalah kalimat yang benar yang disampaikan kepada pemimpin yang dholim.
dan
kalimat yang benar ini disampaikan dengan cara nasehat. Nasehat itu bukan
dibeberkan di tempat-tempat umum, tetapi disampaikan orang per orang, one by
one, empat mata saja.
Dan
yang ketiga tadi adalah berpegang teguh dengan jama'ah mereka.
Dengan
tiga perkara tersebut maka akan bersih dari khianat, dari dengki dan dari
keburukan. Demikian pula kita tahu bahwa seorang hamba tidak akan bisa lepas
dari jeratan syaithon, kecuali dengan ikhlas.
Sebagaimana
firman Allāh Subhānahu wa Ta'āla :
QS : Shod 83
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Kecuali hamba-hamba Allah yang diantara nya adalah orang-orang yang ikhlas.
QS : Shod 83
إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ
Kecuali hamba-hamba Allah yang diantara nya adalah orang-orang yang ikhlas.
Allāh
menyebutkan dalam QS Shod ayat 83 ini, tentang ucapan syaithan tatkala syaithan
diusir oleh Allāh dari surga, kemudian dia bersumpah untuk menyesatkan semua
anak Adam, namun dia mengakui dan menyadari bahwa dia tidak akan sanggup
mengganggu anak Adam, yaitu kecuali hamba-hamba Allāh yang diantara mereka
adalah orang-orang yang ikhlas.
Diriwayatkan,
bahwa ada salah seorang diantara orang yang sholeh, mengatakan kepada dirinya,
"wahai jiwa, wahai jiwa, ikhlaslah, ikhlaslah, maka engkau akan lepas dari
belenggu. Engkau akan bebas, engkau akan selamat, ikhlaslah, maka engkau akan
selamat".
Demikian,
wallahuta'ala wa a'lam bishshowāb. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla
mengkaruniakan kepada kita keikhlasan di dalam ucapan dan perbuatan. Dan semoga
Allāh Subhānahu wa Ta'āla memberikan kepada kita taufik untuk senantiasa ikhlas
dalam ucapan, perbuatan dan juga dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla di
dalam tholabul 'ilmi ini.
Wallāhu
almuwāfiq, hādzā ma'akulu lakum, walhamdulillāhirobbil 'ālamīn.
Wassalamu'alaikum warahmatullāhi wabarokatuh.
Wassalamu'alaikum warahmatullāhi wabarokatuh.
✏ Disalin oleh Tim Transkrip
✅ Dimuraja'ah oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis Syaikh Dr. Ahmad Farid)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
➡️Madrasah Ahlussunnah Waljama'ah Li I'dad Du'at Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang
✅ Dimuraja'ah oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis Syaikh Dr. Ahmad Farid)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
➡️Madrasah Ahlussunnah Waljama'ah Li I'dad Du'at Desa Bener, Kec. Tengaran, Kab. Semarang
0 komentar:
Posting Komentar