Minggu, 17 Mei 2015

Tazkiyatun Nufus Halaqoh 33 Bab 4: 4 Racun Hati #12

🔗Fudhulul Mukholathoh bagian 3
👤Oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.


بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ ،َأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، أَمَّا بَعْدُ؛
Ikhwani fiddin wa akhawati fillah rohimani wa rohimakumullah jami’an, pada halaqoh yang ketigapuluh empat kita melanjutkan kembali pada racun hati yang keempat, yaitu fudhulul mukholathoh (berlebihan dalam bergaul) yaitu berlebihan dalam bergaul dengan golongan yang keempat.
Apa itu golongan yang keempat? Yaitu orang yang bergaul dengannya adalah kehancuran totalitas. Kedudukannya ibarat menelan racun, maka apabila sesuai dan sepakat duduk dengan orang seperti ini, maka berarti dia membutuhkan penawarnya, dia harus makan penawarnya. Kalau tidak maka semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla memperbaiki keadaannya. Dan alangkah banyaknya golongan ini pada manusia. Semoga Allāh Subhānahu wa Ta'āla tidak memperbanyak jumlah mereka.
Mereka ini adalah ahlul bid’ah dan ahlul kesesatan, bergaul dengannya adalah seperti menelan racun tidak ada kehidupan bagi hati, tidak ada manfaat sama sekali bahkan akan mematikan hati. Hati tidak lagi bisa mengenal sunnah, karena sudah terus menerus bergaul dengan ahli bid’ah. Kebid’ahan itu akan mendarah daging dan akan menjadi kayakinan dan pijakan didalam berpikir, pijakan dalam berucap dan pijakan dalam berbuat dan ini yang berbahaya. Dan semua ucapan dan amal ibadahnya jauh dari yang dituntunkan oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Mereka ini adalah orang-orang yang menghalang-halangi dari sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Orang-orang yang mengajak manusia menyelisihi sunnah Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam, mereka inilah orang-orang yang menjadikan sunnah dianggap bid’ah dan yang bid’ah dianggap sunnah. Maka golongan ini tidak seyogyanya, tidak sepatutnya untuk orang yang berakal untuk duduk dan bergaul dengan mereka, karena apabila dia tetap melakukannya, tetap bergaul dengan golongan seperti ini, maka bisa jadi kematian bagi hatinya atau terkena penyakit bagi hatinya. Kita mohon kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla bagi kita dan bagi mereka keselamatan dan juga rahmat.
Ikhwani fiddin wa akhawati fillah rohimani wa rohimakumullah,
Disini Syeikh telah menerangkan betapa bahayanya duduk dan bergaul dengan ahlul bid’ah, dan kalau kita menilik ucapan para ulama, di dalam kitab-kitab sunnah maka banyak kita dapati larangan untuk duduk-duduk dengan ahlul bid’ah, ahli dholalah karena hal ini akan mengotori hati, merusak hati dan bahkan mematikannya.
Diantaranya adalah ucapan Imam Abu Qilabah, beliau mengatakan, “Janganlah kalian duduk-duduk dengan ahlal ahwa (para pengikut hawa) ini adalah istilah lain dari ahlul bid’ah, ahlul ahwa dan janganlah kalian berdebat dengan mereka.” Karena didalam hadits yang shahih Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam mengatakan,
“Kita diperintahkan untuk waspada terhadap mereka,”
artinya waspada adalah bukan berarti justru kita menggampangkan, mudah berdialog dan berdebat dengan mereka tidak sepatutnya, kecuali dalam rangka membela agama Allāh Subhānahu wa Ta'āla. Maka kita duduk dalam rangka berdebat untuk mementahkan ke bid’ahan mereka dan kekeliruan mereka. Kata Abu Qilabah melanjutkan, “Karena aku merasa tidak aman seandainya mereka akan menenggelamkan kalian pada kesesatan-kesesatan mereka. Atau membuat talbis, membuat sesuatu yang tadinya kalian ketahui menjadi sesuatu yang samar,” ucapan ini diriwayatkan oleh Imam Darimi dan Al Lalika’i.
Berkata pula Mufadhol Muhalhil, kata Mufadhol Muhalhil, “Kalau sekiranya pelaku bid’ah tatkala engkau duduk dengannya, dan dia sedang berucap denganmu dengan bid’ahnya, engkau bisa waspada dengan ucapannya, engkau bisa lari dari ucapannya. Akan tetapi tatkala dia mengajakmu bicara dengan hadits-hadits yang sunnah di dalam majelisnya itu, dia masukkan kebid’ahan ditengah ucapannya itu. Sehingga bahkan bisa jadi masuk ke relung hatimu maka kapan akan keluar bid’ah ini dari hatimu.” Ucapan ini diriwayatkan oleh Ibnu Fadhoh dalam kitabnya ibadah. Masya Allah.
Betapa hati ini begitu lemah. Maka dikatakan qolbu karena mudah berbolak balik. Kalau kita meremehkan, bermudah-mudahan dalam bergaul dan duduk dengan ahli bid’ah maka hati akan mudah menyerap, menerima ucapan apapun, dan itu keluar dari ahlul bid’ah, naudzubillah. Dan dianggapnya benar padahal itu adalah jelas kebatilan.
Demikian pula nasihat dari sahabat yang mulia, Abdulllah bin Mas'ud radhiallahuta’anhu, “Waspadalah kalian perkara bid’ah yang dibuat manusia (dari apa-apa yang diadakan), karena sesungguhnya agama yang telah menghujam pada hati itu tidak bisa keluar dengan sekali perbuatan maksiat akan tetapi syaithan terkadang mengada-adakan perkara baru atau bid’ah sehingga perbuatan bidah itu akan mengeluarkan iman secara total dari hatinya sehingga khawatir hampir-hampir manusia meninggalkan apa yang telah Allah wajibkan atas mereka dari kewajiban shalat, kewajiban siyam (puasa), yang halal dan yang haram, sehingga mereka justru mempermasalahkan Allah, memperdebatkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Barang siapa yang mendapati zaman seperti ini maka hendaknya dia lari maka hendaknya dia lari, maka hendaknya dia lari.” Wahai Abu Abdirahman lari kemana? “Tidak kemana-mana, tapi dia lari dengan hati dan agamanya. Janganlah sekali-kali duduk dengan seorangpun dari ahli bid’ah.” Ucapan ini diriwayatkan oleh Imam Lalika’i.
Bahkan ini adalah petaka, ciri akhir zaman, tatkala orang sudah berani menganggap remeh untuk duduk dan bermajelis bahkan menuntut ilmu dengan ahli bid’ah sebagaimana suatu hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ummayah Al-lakhomi radhiallahuta’ala 'anhu. Bahwasanya Nabi shallallāhu 'alayhi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya diantara tanda-tanda hari kiamat itu ada tiga: Salah satunya adalah ilmu akan dicari atau dituntut dari orang-orang rendahan dan ditanyakan kepada Abdullah bin Mubarok, siapakah yang dimaksud dengan orang-orang rendahan itu? Mereka itu ahlul bid’ah. Hadits tadi diriwayatkan AthTabhrani, Imam Al Lika’i dan dishahihkan oleh Imam Nasiruddin Al-Albani rahimahullahuta’ala. Sedangkan pertanyaan kepada Abdullah bin Mubarok tentang Ash Shogir diriwayatkan oleh Al Imam Lalika’i.
Demikian ikhwani fiddin 'azzanillah wa rohimani wa rohimakumullah, janganlah anda menelan racun, kalaulah ada makanan atau minuman yang telah anda ketahui bahwa itu terdapat racun di dalamnya, apakah anda akan berani menelan dan meminum minuman itu? Sudah barang tentu akan memincingkan mata bahkan mungkin akan menghancurkan makanan dan minuman itu. 
Begitulah seharusnya seorang mu’min tatkala dia tahu bahwa lawan bicaranya adalah jelas-jelas orang-orang penyeru kepada kebid’ahan maka janganlah sekali-kali dia duduk bermajelis apalagi bergaul menjadi teman karib, menjadi sahabat. Naudzubillah tsumma naudzubillah. Dikhawatirkan akan menuju kematian bagi hatinya maka waspadalah wahai saudaraku dalam bermajelis dengan mereka. Demikian.
والله تعالى أعلى وأعلم بالصواب
هذا ما أقول لكم
وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين، و الحمد الله ربّ العالمين
ثم السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ  

✏Disalin oleh Tim Transkrip
🔁 Dapat diunduh di: http://goo.gl/I4ocdW
✅ Dimuraja'ah oleh Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
📚Berdasarkan kitab Tazkiyatun Nufus (penulis Syaikh Dr. Ahmad Farid)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

0 komentar:

Posting Komentar