Untuk mewujudkan peradaban berbasis Qur’an, Daarul Qur’an mengajak masyarakat mensukseskan berbagai program inti dan pendukungnya.
Sebagai negara dengan pemeluk agama islam terbesar di dunia, Indonesia memiliki modal besar untuk menjadi Negeri Para Penghafal Al Qur’an.
Tetapi fakta dilapangan para penghafal Al Qur’an di Indonesia masih sangat sedikit. Sebuah hasil survei Institut Ilmu Al Qur’an (IIQ) Jakarta menyebutkan, 65 persen umat Islam di Indonesia buta aksara Al Qur’an. Sebanyak 35 persennya hanya bisa membaca Al Qur’an saja, sedangkan yang mampu membaca dengan benar hanya 20 persen.
Sementara itu survey yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) bersama Goethe Institute menunjukkan hasil yang sangat memprihatinkan. Survey yang dirilis pada 14 Juni 2011 mencatat kaum muda Muslim di sejumlah kota besar yang selalu membaca Al Qur’an hanya 10,8 persen, yang sering 27,5 persen, yang kadang-kadang 61,1 persen, dan yang tidak pernah 0,3 persen.
Membangun kesadaran untuk membaca sekaligus menghafal Al Qur’an inilah yang menjadi tantangan bagi Daarul Qur’an dalam mencapai targetnya. Maka memasuki tahun kedelapan ini Daarul Qur’an merilis program bertajuk It’s All about a Hundred.
Program ini nantinya akan terwujud dalam bentuk pembangunan 100 pesantren tahfidz di seluruh Indonesia, 1000 rumah Qur’an di 10 provinsi, 100 klinik Rumah Sakit Tipe D (tipe Pratama), 100 Jembatan Arrahman untuk desa terpencil, 100 Pasar daging, 100 pasar buah, 100 pasar sayur, dan 100 pasar pakaian, 100 area kuliner, 100 Bank mini berbasis Syari’ah dan ATM Center, 100 babershop, 100 pertokoan, 100 areal pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.
Program ini bukanlah semata-mata dilihat dari segi fasilitas dan jumlah saja, akantetapi ini lebih kepada sebuah gerakan mulia membangun bangsa ini menuju generasi qur’ani. Cita-cita dan target besar mencetak penghafal al-Qur’an sebanyak-banyaknya membuat Daarul Qur’an menginisiasi program ini.
“Dalam setiap programnya Daarul Qur’an selalu memotivasi masyarakat untuk membaca, menghafal dan mengamalkan Al-Qur’an. Semoga lewat program it’s All about a hundred ini gerakan menghafal Al-Qur’an akan semakin massif,” ujar Tarmizi Ashidiq, Ketua Daarul Qur’an.
Lewat pembangunan 100 pesantren tahfidz, Daarul Qur’an ingin menguatkan gerakan menghafal Al-Qur’an di Indonesia melalui pendidikan formal. Nantinya, sebagaimana impian Ustadz Yusuf Mansur selaku pendiri Daarul Qur’an, tiap-tiap pesantren tidak akan menjadi institusi pendidikan belaka, melainkan akan juga ikut menggerakkan ekonomi kreatif lainnya.
Pesantren tahfidz Daarul Qur’an ini nantinya juga tidak hanya khusus bagi siswa yang berbayar melainkan program beasiswa pendidikan bagi para santri yang berprestasi.
Melanjutkan program kampung Qur’an di Merapi dan NTT. Daarul Qur’an kembali mencanangkan program 1000 rumah Qur’an. Lewat program ini Daarul Qur’an ingin membangun kawasan berbasis penghafal Al Qur’an melalui hunian sehat yang diberi nama Rumah Qur’an serta juga dibangun Saung Qur’an dan asrama tahfidz sebagai pusat pendidikan menghafal Qur’an. Nantinya 1000 rumah Qur’an akan dibangun di 10 provinsi.
Kemudian juga akan dibangun 100 Jembatan Arrahmah bagi desa terpencil. Program ini berangkat dari fakta banyaknya jembatan yang menjadi penghubung antar desa berada dalam kondisi menyedihkan. Padahal keberadaan jembatan ini sangat vital bagi masyarakat. Tidak hanya bagi anak-anak yang ingin ke sekolah Jembatan juga penting dalam proses membangun masyarakat dari desa dengan mempercepat roda ekonomi, pendidikan, peradaban dan memperluas penetrasi dakwah. Jembatan juga solusi untuk terwujudnya pemerataan pembangunan dan kemajuan masyarakat di pelosok untuk bisa mengakses kehidupan lebih maju.
Kemudian Daarul Qur’an melalui lembaga jejaringnya- -Daqu Agrotechno--mencoba menginisiasi program guna membiayai santri penghafal Al- Qur’an. Program tersebut adalah “Program 10 Ribu Hektar Pohon Sawit: Satu Pohon untuk Satu Santri Penghafal Al-Qur’an”.
Mengawali dream tersebut, dengan dukungan berbagai pihak, Daarul Qur’an melakukan pembebasan lahan seluas 1.000 hektar di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Pembebasan lahan ini ditandai dengan penandatanganan Surat Perjanjian Kerja Sama antara Koperasi Koperasi Primer Tani Karya Lestari dan Pesantren Daarul Qur’an.
Seiring dengan program 100 Pesantren, PPPA Daarul Qur’an lembaga nirlaba yang didirikan oleh Daarul Qur’an secara bersamaan mengembangkan program yang telah berjalan seperti pembinaan rumah-rumah tahfidz yang terus ditingkatkan kinerjanya, pengembangan klinik Daqu Sehat dan program lainnya yang telah berjalan.
Jumat, 15 Mei 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar