KUNCI DO’A AGAR CEPAT
TERWUJUD
(Kajian Tentang Do’a)
Manakah amalan yang lebih utama…? Apakah membaca Al Qur’an yang lebih utama, atau
berdzikir? Atau berdoa dan memohon (kepada Allah)? Secara umum, membaca Al Qur’an adalah amalan
yang paling utama, kemudian dzikir dan pujian, kemudian do’a dan permohonan.
Namun kadang amalan yang tidak begitu utama, dalam kondisi tertentu menjadi
lebih utama dari amalan yang begitu utama. Contohnya: berdo’a pada hari Arafah
lebih utama dari pada membaca Al Qur’an, dan menyibukkan diri dengan
membaca dzikir yang ada tuntunannya dari
Nabi SAW setelah shalat fardhu lebih utama dari pada membaca Al Qur’an.
Semua makhluk perlu kepada Allah dan membutuhkan apa
yang ada disisi-Nya, sedang Allah Maha
Kaya tidak memerlukan mereka. Dan Allah telah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk
berdo’a. Allah berfirman:
ادعونىاستجب
لكمْ ان الذين يستكبرون عن عباد تى سيدخلون جهنم داخرين
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya
akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina” (QS. Al-Mu’min
:60)
Maksudnya:
dari berdoa kepada-Ku. Nabi SAW bersabda:
من لم يسأ ل الله يغضب عليه
“siapa tidak bermohon kepada Allah, maka Allah akan marah kepadanya”.
Namun demikian Allah senang dengan permintaan hamba
kepada-Nya, dan mencintai orang-orang yang terus menerus meminta-Nya, serta
mendekatkan mereka kepada-Nya.
Para sahabat Nabi SAW telah menghayati hal ini, maka tak
seorang pun dari mereka meremehkan sesuatu untuk memohon kepada Allah, dan
mereka tidak mengadakan permitaan mereka kepada seorang pun dari makhluk-Nya.
Karena kecintaan mereka dan kedekatan
mereka kepada Rabb-nya, dan karena kedekatan Allah kepada mereka, firman Allah
:
واذا سأ لك عبادى عنى فاٍنى
قريب
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat”. (QS. Al Baqarah: 186)
Do’a mempunyai kedudukan yang sangat agung disisi
Allah, ia merupakan amalan yang paling mulia menurut Allah SWT, serta dapat menolak
takdir. Do’a seorang muslim tentu saja dikabulkan, jika sebab-sebab terkabulkan
nya do’a terpenuhi dan tidak ada hal-hal
yang disebutkan Rasulullah SAW dalam sabdanya:
مامن مسلم يدعون بدعوة ليس
فيها اثم ولا قطيعة رحم الا اعطاه الله بها اٍحد ثلاث : اٍما ان تعجل له دعوته
واٍما ان يدخرها له فى الاخرة، واٍما ان يصرف عنه من السوء مثلها، قالوا اٍذا نكثر
؟ قال: الله أكثر
“Tidaklah seorang muslim berdo’a dengan do’a yang tidak mengandung dosa dan
pemutusan tali silaturrahmi, kecuali Allah akan memberikan kepadanya salah satu
dari tiga hal: akan segera dikabulakn do’anya, atau Allah akan menjadikannya
tabungan (pahala) diakhirat kelak, atau dengan do’a itu Allah akan
menjauhkannya dari kejelekan yang setara dengan do’anya” mereka berkata: “Kalau
begitu kami akan memperbanyak (do’a)? Nabi menjawab: “(Apa yang dimiliki) Allah
lebih banyak”. (HR.Ahmad dan
At Tarmidzi)
Sebab-sebab
Terkabulnya Do’a: Ada yang bersifat zhahir, ada yang bersifat batin:
1.
Sebab-sebab Zhahir :
Di dahului
dengan amalan-amalan shalih, seperti: wudhu, shalat, menghadap kiblat, mengangkat kedua tangan, sedekah,
memuji Allah, berdo’a dengan menggunakan asma dan sifat Allah yang sesuai
dengan do’a yang dipanjatkan. Jika berdo’a memohon surga, hendaknya berdo’a
dengan memohon kebaikan dan rahmat-Nya. Jika
berdo’a agar dilimpahkan rizki, maka hendaklah memperbanyak membaca Ya Fattahu
Ya Rozak, dan lain sebagainya.
Di antara
sebab terkabulnya do’a, bershalawat kepada Nabi SAW pada permulaan, pertengahan
dan akhir do’a. mengakui segala dosa yang telah diperbuat, bersyukur kepada
Allah atas segala nikmat-Nya, dan memanfaatkan waktu-waktu khusus yang memiliki
keutamaan terkabulnya do’a pada saat tersebut.
Waktu –
waktu khusus ini banyak sekali, diantaranya: pada setiap hari dan malam, yaitu
di sepertiga malam terakhir ketika Allah turun kelangit dunia., antara adzan
iqomah, setelah wudhu, pada waktu sujud, sebelum salam dalam shalat, setelah
selesai shalat fardhu, ketika khatam Al Qur’an, ketika mendengar ayam berkokok,
ketika dalam perjalanan, do’a orang-orang yang terzalimi, do’a orang yang dalam
kesulitan, do’a seorang ayah untuk anaknya, do’a seorang mu’min untuk
saudaranya yang mu’min tanpa sepengetahuanya dan do’a ketika menghadapi musuh
dimedan perang.
Pada setiap
pekan: Hari jum’at, terutama pada saat-saat terakhir, disaat khatib duduk
diantara dua khutbah.
Pada bulan
tertentu: di bulan Ramadhan di saat berbuka dan sahur, malam Lailatul Qadar,
dan di hari Arafah.
Pada tempat
– tempat yang mulia: di semua mesjid, di
Ka’bah terutama di Multazam, di Maqam Ibrahim
AS, di atas Shafa dan Marwah, di
Arafah, Muzdalifah dan Mina di musim haji, ketika minum air zam-zam dan lain-lain.
2. Sebab-sebab Batin:
Dengan mendahulukan Taubat yang benar, mengembalikan
hak-hak orang, memperbaiki makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal,
hendaknya dari usaha yang halal, menjaga diri dari perkara syubhat dan syahwat,
hadirnya hati ketika berdo’a, harapan yang kuat, berserah diri kepada Allah,
merendahkan diri di haribaan-Nya, terus-enerus meminta, menyerahkan segala
urusan kepada-Nya, dan tidak berpaling sedikitpun kepada selain Allah SWT.
Hal-hal Yang Menghalangi Terkabulnya
Do’a:
Terkadang manusia berdo’a namun tidak di
kabulkan, atau di tunda pengabulan do’anya. Hal ini disebabkan oleh beberapa
hal, di antaranya:
v Mempersekutukan Allah dalam
berdo’a.
v Terlalu merinci dalam berdo’a,
seperti meminta perlindungan dari panasnya, sempitnya, dan gelapnya api
(neraka) jahannam, padahal semua itu cukup dengan hanya memohon perlindungan
dari api neraka saja cukup dengan bacaan
“ Allahumma ajjirnii minannaar…”
v Seorang muslim mendo’akan celaka
terhadap dirinya atau orang lain secara zhalim.
v Do’a yang mengandung dosa dan
bermaksud memutuskan silaturrahim.
v Menggantungkan doa dengan
kehendak, seperti ucapan “ Ya Allah, ampuni dosa-dosaku jika engkau
berkehendak”. Dan sebagainya.
v Tergesa-gesa minta dikabulkan
do’a, dengan berkata: “Aku telah berdo’a tapi belum juga dikabulkan”.
v Istihsar (merasa bosan dan
letih), yakni tidak mau berdo’a lagi karena merasa bosan dan letih.
v Berdoa dengan hati yang lalai.
Seperti tangan menengadah, mulut berucap tapi pikiran dan hatinya tidak di
hadirkan dalam do’anya.
v Tidak bertata-karma ketika berdoa
kepada Allah. Nabi SAW mendengar seseorang berdo’a dalam shalatnya dengan tidak
bershalawat dahulu kepada beliau, maka beliau berkata, “ Orang ini telah
tergesa-gesa dalam berdo’a” Kemudian beliau memanggilnya lalu berkata kepadanya
atau kepada yang lainnya:
اذا
صلى احدكم فليبدأ بتحميد الله والثناء عليه ثم ليصل على النبى صلى الله عليه وسلم
. ثم ليدع بعد
بما شاء
“Jika salah seorang diantara kalian berdo’a, maka
hendaknya ia memuai dengan bertahmid kepada Allah dan memuji-Nya, kemudian
bershalawat kepada Nabi, setelah itu berdo’a sesuai apa yang di inginkan”. (HR. At Tirmidzi)
v Berdo’a meminta sesuatu yang
urusanya sudah selesai. Seperti meminta hidup kekal di dunia.
v Berdo’a dengan kata-kata bersajak
yang di buat-buat. Allah berfirman:
ادعوا
ربكم تضرعا وخفية اٍنه لايحب المعتد ين
“Berdo’alah kepada Rabbmu dengan merendah diri dan
suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas”. (QS.Al A’raf: 55)
Ibnu Abbas
berkata:
فانظر
السجع من الدعاء فاجتنبه فاٍنى عهدت رسول الله واصحابه لايفعلون الا ذلك . يعنى
لايفعلون الا
ذلك
الاجتنا ب (البخارى)
“Perhatikan do’a yang bersajak, maka jahuilah.
Sesungguhnya aku mengetahui Rasulullah SAW, dan para sahabatnya tidak melakukan
hal itu, maksudnya: mereka dalam berdo’a tidak menggunakan kata-kata bersajak”. (HR. Al- Bukhori)
v Bersuara keras dalam berdo’a.
Allah berfirman:
ولاتجهر
بصلاتك ولا تخا فت بها وابتغ ببين ذلك سبيلا
“Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu
dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu”. (QS. Al Isra:110)
Aisyah radiyallahu anha berkata : “Ayat ini di turunkan dalam
(masalah) do’a”.
Hal-hal Yang Di Sunahkan Secara Tertib Dalam Berdo’a
1. Bertahmid dan memujin Allah
2. Bershalawat kepada Nabi SAW
3. Bertaubat dan mengakui bahwa ia
berdosa
4. Bersyukur kepada Allah atas
segala nikmat-Nya
5. Memulai berda dan berusaha
membaca do’a-do’a yang lengkap dan yang diajarkan oleh Rasulullah dan para
ulama salaf
6. Mengakhiri do’a dengan
bershalawat kepada Nabi SAW dan bertahmid.
MERAIH KEKAYAAN YANG TIDAK PERNAH HABIS
Segala puji bagi Allah yang semestinya mendapatkan
puji sebab rejeki_Nya yang dibentangkan. Dan yang menghilangkan kemelaratan
sesudah putus harapan. Dzat yang menciptakan makhluk.Allah melapangkan rejeki
dan mencurahkan bermacam-macam harta kepada keseluruh alam semesta. Allah
mencoba mereka dalam harta yang dianugrahkan oleh Allah dengan perobahan
beberapa keadaan (berobah dari satu ke keadaan yang berbeda). Allah menjadikan
mereka berbolak-balik dalam harta antara dua keadaan: sulit dan mudah (susah
dan senang), kaya dan miskin, loba dan putus harapan, banyak harta dan
bangkrut/jatuh miskin, lemah dan kuat, rakus dan menerima dengan apa adanya (
qana’ah ), bakhil dan pemurah hati, senang hati dengan barang yang wujud dan
menyesal dengan hilangnya barang itu, mengutamakan pada dirinya sendiri dan
membelanjakan untuk orang lain, bersikap lapang dan takut miskin, terlalu
pemurah ( membagi-bagikan harta secara berlebih-lebihan ) dan terlalu bakhil (
memperkecil biaya hidup dibawah batas sederhana ) ridho dengan yang sedikit dan
meremehkan dengan yang banyak. Semua itu untuk mencoba mereka, siapakah
diantara mereka yang paling bagus perbuatannya…?? Firman Allah:
يا ايهاالذين أمنوا لاتلهكم
اموالكم ولا أولادكم عن ذكر الله ومن يفعل ذلك فأولئك هم الخا سرون
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu
dan anak-anakmu itu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang
berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS. Al Munafiqun: 9)
انما اموالكم واولدكم فتنة
والله عنده أجر عظيم
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan
bagimu dan disisi Allahlah pahala yang besar”. (QS. At
Taghobun: 15)
Sesungguhnya fitnah dunia itu cabang dan seginya
banyak, sudut dan sampingnya luas. Akan tetapi harta-harta itu lebih besar
fitnahnya dan lebih umum ujiannya.lebih besar fitnahnya pada harta, karena
tidak ada seorang pun yang merasa cukup dari harta.Kemudian, apabila harta itu
didapatkan, maka tidak ada keselamatan dari harta itu ( mendapatkan harta dapat
meninmbulkan kejahatan ). Kemudian tidak memiliki harta itu dapat menghasilkan
dari padanya sifat kefakiran yang kadang-kadang menjerumuskan kepada kekafiran.
Dan apabila harta itu didapatkan, maka dari padanya dapat menghasilkan
kedurhakaan yang tidak ada akibat urusannya kecuali kerugian.
Dengan demikian, maka harta itu tidak sepi dari
beberapa faidah dan beberapa bahaya. Faidah-faidahnya termasuk yang
menyelamatkan dan bahaya-bahayanya termasuk yang membinasakan.
Faidah-faidah
harta dan Bahayanya
Ketahuilah,sesunguhnya harta itu seperti ular. Pada
bahaya-bahayanya itu adalah racunnya yang dapat membinasakan. Maka barang siapa
yang mengeti faidah-aidahnya dan bahaya-bahayanya, niscaya ia mampu menjaga
dirinya dari racunnya dan mengalir faidah dari pada kebajikannya.
Adanya faidah-faidahnya, maka terbagi kepada duniawiyah
dan diniyyah ( faidah keduniaan dan faidah keagamaan ).
Adapun faidah keduniaan (duniawiyah), maka tidak
memerlukan penjelasannya. Karena mengetahuinya itu sudah terkenal yang bersekutu
diantara macam-macamnya mahkluk. Seandainya tidak karena demikian, niscaya tidak saling membinasakan pada
mencarinya.
Adapun faidah diniyyah (faidah keagamaan), maka
pengumpulannya itu terbatas pada tiga macam yaitu :
1. Ia menafkahkannya pada dirinya
sendiri. Adakalanya untuk ibadah, adakalanya untuk menolong dalam ibadah. Adapun
untuk ibadah, maka itu seperti dipergunakan untuk ibadah haji dan berjihad. Karena
tidak akan bisa sampai kepada ibadah haji dan berjihad kecuali dengan harta.
2. Harta yang diserahkan kepada
manusia. Macam yang kedua ini terbagi menjadi empat bagian : sedekah, muru’ah, menjaga
kehormatan dan upah pelayan.
3. Harta yang tidak diserahkan
kepada manusia tertentu. Akan tetapi dapat menghasilkan kemaslahatan umum, seperti
membangun masjid, jembatan-jembatan, surau-surau, rumah sakit-rumah sakit
membuat tempat penyimpanan air dijalan dan lain sebagainya, dari usaha-usaha
wakaf yang dimaksudkan untuk kebajikkan.
Adapun
bahaya-bahaya harta
Maka itu ada bahaya keagamaan dan ada bahaya keduniaan
(Diniyyah dan Duniawiyah).
Adapun
bahaya keagamaan itu ada tiga :
1. Mendorong kepada kemaksiatan. Karena
sesungguhnya nafsu syahwat berlebih dan
lemah. Kelemahan itu kadang-kadang merobah diantara orang dan kemaksiatan.
2. Mendorong pada bersenang-senang
dalam hal-hal yang mubah.
3. Sesuatu yang tidak ada seorangpun
terhindar dari padanya. Itu yang akan dilalaikan oleh mengurus hartanya dari
mengingat kepada Allah SWT. Setiap apa yang melalaikan hamba dari mengingat
(Dzikir) kepada Allah SWT, maka itu adalah rugi.
Karena
itulah Nabi Isa AS Berkata: “ Dalam harta itu terdapat tiga bahaya”:
a. Bilamana seseorang mengambil
harta itu dari yang tidak halal.
b. Kemudian ditanyakan, bilamana ia
mengambilnya dari yang halal. Maka Nabi Isa menjawab : “ Akan diletakkan harta
itu pada yang bukan haknya.
c. Maka ditanyakan, jikalau
diletakkan harta itu pada haknya? Maka nabi Isa menjawab : “ Ia ( pemilik harta
) akan dilalaikan oleh mengurusnya (dzikir) kepada Allah SWT.
Meraih
Harta Yang Tidak Pernah Habis
Sungguh, telah menjadi watak manusia memiliki sifat
rakus dan tamak dan sangat sedikitnya sifat qana’ah. Rasulullah SAW sangat
melarang sifat rakus dan tamak dan berlebih-lebihan mencari harta, karena
kekayaan yang sebenarnya terletak bukan pada banyaknya harta
Rasulullah
SAW telah bersabda:
اوكان لابن
أدم واديان من ذهب لاابتقى لهما ثالثا ولا يملأ جوف ابن أدم الا التراب ويتو ب
الله على من تاب .
“Apabila anak adam sudah memiliki dua buah lembah dari
emas, niscaya ia masih mencari lembah yang ketiga. Tidak memenuhi perut anak
adam kecuali tanah. Allah ta’ala itu menerima taubat orang yang bertaubat”.
Ikhtiar untuk meraih kenikmatan dunia
secara cepat bukanlah suatu yang terlarang, jika ada cara yang cepat, mengapa
tidak? Yang terpenting adalah caranya tidak mengabaikan kesejatian kita sebagai
hamba Allah. . (baca: KAYA LEWAT JALAN TOL. Kaya hati, kaya rasa, kaya raya.
KH. Yusuf Mansur).
Rasulullah sangat melarang sifat rakus dan tamak serta
sifat berlebihan dalam mencari harta, karena kekayaan yang hakiki bukan
terletak pada banyaknya harta benda, akan tetapi pada kekayaan jiwa. Dala
sebuah riwayat di jelaskan, bahwasanya Nabi Musa AS.
Bertanya kepada Tuhannya: “Manakah hamba-Mu yang paling kaya…?”
Firman
Allah: “Hamba yang paling menerima dengan apa yang telah Aku anugerahkan
kepadanya,” Nabi Musa bertanya:
“Manakah hamba-Mu yang paling adil?
Firman
Allah: “Orang paling insyaf tentang dirinya sendiri.”
Maka tidak ada harta yang lebih berharga atau kekayaan
yang tidak terbatas kecuali dengan sifat QONA’AH (merasa cukup atas
anugrah/nikmat yang telah Allah karuniakan kepadanya). Rasulullah bersabda:
عليكم
بالقناعة ، فاٍن القناعة مال لا ينفد
“Tetaplah dengan Qona’ah,sesungguhnya Qona’ah itu
harta yang tidak akan pernah habis”.
باب الدعاٍ
بين الركنين انيرزق الله الداعى الثاعة بما رزق ويبارك له فيه ويخلف على كل غائبة
له بخير .
“Pintu Doa antara dua bagian :
a. Semoga ALLAH memberikan
rizki Qona’ah pada orang yang berdo’a dengan apa yang ALLAH telah berikan dan
memberkahinya
b. Menggantikan kebaikkan atas
sesuatu yang hilang”.
طبى لمن
هودي للاسلام وكا ن عيشه كفافا وقنع به
“Sungguh beruntung banget orang yang mendapatkan
petunjuk masuk agama islam yang kehidupanya / ekonominya tercukupi dan menerima
dengan kecukupannya”.
(HR.At Tirmidzi & An Nasa’i)
Di
riwayatkan dari sahabat Ali bin Abi Tholib Karamallahu wajhah.
روى عن على
بن ابى طالب كرم الله وجهه، انه قال : احب العباد الى الله تعالى الفقير القا نع
برزقه
الراضى عن الله تهالى.
“Hamba Allah yang paling di cintai adalah Fakir yang
menerima apa adanya meridhoi pemberian Allah”.
وقال صلى
الله عليه وسلم، يقول الله تعالى يوم القيامة : اين صفوتى من خلقى ؟ فيقول
الملائكة. ومن هم يا ربنا ؟ فيقول: فقراء المسلمين القانعون بعطائ الراضون بقدرى،
أدخلواهم الجنة فيدخلونها ويأ كلون ويشربون والناس فى الحساب يتر ددون .
“Rosulullah bersabda ; pada hari kiamat Allah bertanya
: Mana pilihan-pilihan ku dari makhluk-makhluk-Ku ? malaikat menjawab.” Siapa
mereka mereka Ya Tuhan ku. “ Allah menjawab. “ Pakir miskin yang menerima apa
pemberian-Ku, yang rela dengan takdir-Ku.” Masukkanlah mereka kedalam surga.
Makan, minum dalam surga, sedangkan manusia lain dalam keadaan binggung menanti dihisab”.
لاتكثر همك مايقدر يكن وما ترزق يأتيك
“.Janganlah kamu memperbanyak kegelisahan, karena apa
yang ditakdirkan, niscaya terjadi dan apa yang direjekikan kepadamu, niscaya
akan datang kepadamu”.
(HR.Muslim)
Sesungguhnya,
orang-orang yang berprinsip bahwa Tuhan kami adalah Allah, kemudian mereka
istiqamah, maka turun malaikat-malaikat menaungi kehidupan mereka. Janganlah
kamu takut dan janganlah kau berduka cita, dan bergembiralah dengan surga yang
telah di janjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindung-pelindung kamu didalam
kehidupan dunia dan di akhirat, dan di dalamnya kamu memperoleh apa yang di
inginkan dirimu, dan kamu memperoleh pula di dalamnya apa yang kamu minta.
Sebagai hidangan dari yang maha pengampun lagi maha penyayang. (QS Fushshilat
:31-32)
Allah-lah pelindung terbaik, tinggal kita sendiri yang
membuat kita layak menjadi orang yang Dia lindungi. Allah-lah pemberi terbaik, maka jadikanlah
diri kita sebagai orang yang layak Dia beri. Allah-lah yang Maha mencukupkan,
maka tempatkan diri kita sebagai orang yang layak di beri kecukupan.
Mudah-mudahan Allah mencukupkan rizki kita semua, dan
menganugrahkan sifat QONA”AH (merasa cukup) dalam jiwa kita. Semga Allah
memaafkan kita, mengampuni kita. Kiranya, ampunan Allah dan maaf-Nya yang akan
menghantarkan kita terbebas dari semua kesusahan dan penderitaan dalam
kehidupan dunia maupun akhirat. Amin
PESAN MORAL IBADAH SHAUM
Ibadah Shaum
(puasa), seperti halnya ibadah-ibadah lain di dalam islam, merupakan
salah satu cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bukan hanya shaum
saja yang menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah_ini yang sering
kita lupakan, _tetapi semua ibadah yang kita lakukan sebetulnya merupakan riyadhah
untuk mendidik nilai moral tertentu, nilai akhlak tertentu.
Setiap
ibdah, baik ibadah shaum atau ibadah lain, didalamnya terkandung apa yang
kita sebut sebagai Pesan Moral. Bahkan begitu mulianya pesan
moral ini, sampai Rosulullah Saw. Menilai ‘Harga’ suatu ibadah itu dinilai dari
sejauh mana kita menjalankan pesan moralnya. Apabila ibadah itu tidak meningkat
akhlak kita, Rosulullah menganggap bahwa ibadah itu tidak bermakna. Dengan kata
lain, kita tidak melaksanakan pesan moral ibadah itu.
Dalam suatu
hadist diriwayatkan bahwa pada bulan Ramadhan ada seorang wanita sedang
mencaci-maki pembantunya. Dan Rosulullah Saw. Mendengarnya, kemudian belia
menyuruh seorang untuk membawa makanan dan memanggil perempuan itu. Lalu
Rosulullah Saw, bersabda: “ Makanlah makanan itu. “ Perempuan itu menjawab, “
Saya sedang berpuasa Ya Rosulullah. “ Rosul yang mulia bersabda lagi, “
Bagaimana mungkin kamu berpuasa padahal kamu mencaci-maki pembantumu. Sesungguhnya
puasa adalah sebagai penghalang bagi kamu untuk berbuat hal-hal yang tercela. Betapa
sedikitnya orang yang shaum dan betapa banyaknya orang yang kelaparan.
“Rubba shooimin laisa lahu min shiyaamihi illalju’u”
“Banyak orang yang berpuasa, tapi tidak memperoleh
dari puasanya kecuali hanya lapar saja.”
Ketika
Rosulullah mengatakan “ Betapa sedikitnya yang shaum dan betapa banyaknya
yang kelaparan, ” Nabi menunjukkan kepada kita bahwa orang-orang yang hanya
menahan lapar dan dahaga saja, tetapi tidak sanggup mewujudkan pesan moral
ibadah itu, tidak lebih sekedar orang-orang yang lapar saja.
Dalam hadist
lain, Rosulullah Saw.Bersabda, “ Banyak sekali orang yang berpuasa tetapi tidak
mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga. “ Seseorang bisa saja melakukan
ibadah puasa. Dia sanggup mematuhi seluruh ketentuan fiqih, tetapi dia tidak
sanggup mewujudkan pesan moral puasa itu. Bahkan kalau orang itu puasanya
cacat, atau puasanya batal, atau melakukan hal-hal yang terlarang, secara
fiqih, maka tebusannya menjalankan pesan moral itu. Misalnya, pada bulan Ramadhan,
sepasang suami istri bercampur pada siang hari, maka kifaratnya memberi makan
enam puluh orang miski, karena salah satu pesan moral puasa ialah memperhatinkan
orang-orang yang lapar disekitar kita.
Oleh sebab
itu, kita temukan orang-orang yang tidak sanggup berpuasa, didalam Al-Qur’an, diharuskan
untuk mengeluarkan fidyah buat orang-orang miskin. Jadi kalau-pun
tidak sanggup menjalankan ritus puasa, tidak sanggup melakukan upacara
pelaksanaan pesan moral puasa itu yaitu
menyantuni fakir dan miskin.
Sekali lagi,
semua ajaran Islam itu mengandung pesan moral. Dan pesan moral itulah yang saya
pikir dipandang sangat penting didalam islam. Mengapa Islam menekankan prinsip
moral itu?? Prinsip akhlak itu?? Karena kedatangan Rosulullah Saw yang mulia. Bukan
hanya untuk mengajarkan zikir dan do’a saja. Bahkan Nabi secara tegas
mengatakan bahwa misinya ialah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Oleh karena
itu, seluruh ajaran islam diarahkan untuk menyempurnakan akhlak, termasuk
ibadah shaum, bangun tengah malam dan shalat. Semuanya diarahkan
untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Bahkan kalau
ada orang yang menjalankan berbagi “Ibadah
Mahdhah” ,tetapi kurang memperhatikan ahklaknya, islam tidak menghitung
ibadah itu. Ketika kepada Rosulullah dikatakan, “ Ya Rosulullah ada orang
berpuasa disiang hari dan bangun dimalam hari untuk melakukan Qiyaumul lail,
tetapi dia menyakiti tetangganya dengan lidahnya . “ Maka Rosulullah Saw, menjawab,
“Dia dineraka. “
Nabi pernah
bertanya kepada sahabat-sabatnya, “ Tahukah kalian siapa yang bangkrut itu? “
Lalu para
sahabat berkata, bagi kami yang bangkrut itu ialah orang yang kehilangan
hartanya dan seluruh miliknya, ”Tidak”, kata Rosulullah. “ Yang bangkrut ialah orang
dating pada hari kiamat dengan membawa pahala dari shaumnya, pahala
zakatnya dan hajinya, tetapi pahala-pahala ditimbang datanglah orang mengadu “Ya
ALLAH dulu orang itu pernah menuduhku berbuat sesuatu padahal aku tidak pernah
melakukannya”. Kemudian Allah menyuruh orang yang diaduhkan itu untuk membayar
orang tersebut dengan sebagian pahala dan menyerahkannya kepada orang yang
mengadu tersebut.
“Kemudian
datang orang yang lain dan mengadu, “Ya Allah hakku pernah diambil dengan
sewenag-wenang”. Lalu Allah menyuruh lagi membayar dengan amal shalehnya kepada
orang yang mengadu itu. “Setelah itu datang lagi orang yang mengadu, sampai
seluruh pahala shalat, hajinya dan shaumnya itu habis dipakai untuk membayar
orang yang pernah haknya dirampas, yang pernah disakiti hatinya, yang pernah
dituduh tanpa alasan yang jelas. Semuanya dia bayarkan sampai tidak tersisa lagi
pahala amal shalehnya. Tetapi orang yang mengadu masih dating juga. Maka Allah
memutuskan agar kejahatan orang yang mengadu dipindahkan kepada orang itu”.
Kata
Rosulullah selanjutnya, “Itulah orang yang bangkrut dihari kiamat”, yaitu orang
yang rajin menjalankan ritus-ritus, upacara-upacara ibadah ( shalat, Shaum,
zakat dan lain sebagainya ) tetapi ia tidak memiliki ahklak yang baik. Dia
merampas hak orang lain dan menyakiti hati mereka.
Lalu, sebenarnya
apa yang menjadi pesan moral ibadah shaum yang utama ialah kita dilarang
makan memakan yang haram, supaya kita
menjaga diri jangan sembarang memakan makan. Bahkan makanan halal pun kita
tidak boleh kita makan sebelum datang waktunya yang tepat. Jadi, jangan
sembarang makan. Jangan makan asal saja. Kita mesti memperhatikan apa yang kita
makan itu. Sayyidina Ali RA. Pernah berkata, “Jangan jadikan perut Anda sebagai
kuburan hewan”. Maksudnya, mungkin, adalah bahwa kita tidak boleh terlalu
banyak makanan daging; Apalagi cara
memperolehnya dengan jalan yang tidak halal.
Pesan moral
Ramadhan adalah jangan jadikan perut anda sebagai kuburan orang lain. Jangan
jadikan perut anda sebagai kuburan rakyat kecil. Jangan pindahkan tanah dan ladang
milik mereka keperut anda. Itukah pesan moral shaum yang menurut saya
releven dengan kondisi saat ini, Ketika
kita dikejar-kejar oleh konsumtivisme ( senag-senag, berfoyah-foyah
dan berbelanja barang yang tidak bermanfaat) dan dikejar-kejar untuk
meningkatkan status sosial tidak jarang berani memakan hak orang lain. Kita
tidak jarang berani memakan hak orang lain. Kita sering jadi omnivore (
binatang pemakan daging ) tidak memperhatinkan halal dan haram.
Tetapi, tidaklah
cukup hanya sampai disini pesan moral shaum itu. Shaum juga
mengajarkan bahwa walaupun harta itu milik kita, tetapi kita tidak boleh
memakannya sebelum datang waktunya yang tepat. Saya, ingin mengutip lagi ucapan
Sayyidina Ali RA, “Tidak pernah aku melihat ada orang memperoleh harta yang
berlimpah kecuali disampingnya ada hak orang lain yang disia-siakan.” Kita
tidak usah menjadi marxis, untuk menyadari bahwa keuntungan yang berlimpah ruah
yang dimiliki oleh orang-orang yang tinggal dinegara-negara miskin umumnya
terjadi karena, misalnya, upah buruh yang murah sehingga sipemilik perusahaan
memperoleh keuntungan yang besar. Beberapa waktu yang lalu, kita membaca bahwa
para pengusaha tekstil memperoleh keuntungan yang besar karena mereka membayar
buruh dengan upah yang rendah.
Seandainya
kita memperoleh gaji yang cukup tinggi, didalam islam kita tidak boleh memakan
semua upah yang kia terima walaupun itu hasil jerih payah kita sendiri. Kita yang
memperoleh penghasilan yang berlebihan, mempunyai kewajiban untuk menyantuni
orang-orang yang miskin. Dan itu merupakan pesan moral ibadah puasa. Puasa
tidak akan bermakna apa-apa sebelum kita memberikan perhatian yang tulus kepada
orang-orang yang menderita disekitar kita. Di Masjid Nurul Amin, masjid didepan
Asrama Pondok Salafi, diperaktekkan sebuah do’a dari Rosulullah SAW, yang lazim
diamalkan setiap selesai shalat fardhu dibulan puasa. Menurut saya, do’a itu
mengandung pesan moral ibadah puasa. Doa itu berbunyi begini.
Ya Allah masukkanlah rasa bahagia kepada penghuni
kubur
Ya Allah kayakanlah semua orang-orang yang miskin
Ya Allah kenyangkanlah orang-orang yang lapar
Ya Allah berikanlah pakaian orang-orang yang
terlanjang
Ya Allah bayarkanlah utang orang-orang yang berhutang
Ya Allah bebaskanlah kesulitan orang yang mendapat
kesulitan
Dan
seterusnya. Do’a itu panjang, walaupun doa itu merupakan permohonan kita kepada
Allah supaya yang lapar dikenyangkan, yang telanjang diberikan pakaian, yang
sakit disembuhkan, yang mendapat kesulitan dihilangkan dari kesulitannya, pada
saat yang sama doa itu mengajarkan tanggung jawab kita kepada orang-orang yang
menderita disekitar kita.
Semoga
kita semua menjadi manusia-manusia yang pandai memetik hikmah dibulan yang
penuh kemuliayaan dan keberkahan. Amin
0 komentar:
Posting Komentar